ETIKA BISNIS YANG HARUS DIMILIKI PERUSAHAAN
Salah satu aspek yang sangat populer dan
perlu mendapat perhatian dalam dunia bisnis ini adalah norma dan etika
bisnis. Etika bisnis selain dapat menjamin kepercayaan dan loyalitas
dari semua unsur yang berpengaruh pada perusahaan, juga sangat
menentukan maju atau mundurnya perusahaan.
Etika, pada dasarnya adalah suatu komitmen
untuk melakukan apa yang benar dan menghindari apa yang tidak benar.
Oleh karena itu, perilaku etika berperan melakukan ‘apa yang benar’ dan
‘baik’ untuk menentang apa yang ‘salah’ dan ‘buruk’. Etika bisnis sangat
penting untuk mempertahankan loyalitas pemilik kepentingan dalam
membuat keputusan dan memecahkan persoalan perusahaan. Mengapa demikian?
Karena semua keputusan perusahaan sangat mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh pemilik kepentingan. Pemilik kepentingan adalah semua individu atau
kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap keputusan
perusahaan. Ada dua jenis pemilik kepentingan yang berpengaruh terhadap
perusahaan, yaitu pemilik kepentingan internal dan eksternal. Investor,
karyawan, manajemen, dan pimpinan perusahaan merupakan pemilik
kepentingan internal, sedangkan pelanggan, asosiasi dagang, kreditor,
pemasok, pemerintah, masyarakat umum, kelompok khusus yang
berkepentingan terhadap perusahaan merupakan pemilik kepentingan
eksternal. Pihak-pihak ini sangat menentukan keputusan dan keberhasilan
perusahaan. Yang termasuk kelompok pemilik kepentingan yang memengaruhi
keputusan bisnis adalah: (1) Para pengusaha/mitra usaha, (2) Petani dan
pemasok bahan baku, (3) Organisasi pekerja, (4) Pemerintah, (5) Bank,
(6) Investor, (7) Masyarakat umum, serta (8) Pelanggan dan konsumen.
Selain kelompok-kelompok tersebut di atas,
beberapa kelompok lain yang berperan dalam perusahaan adalah para
pemilik kepentingan kunci (key stakeholders) seperti manajer, direktur, dan kelompok khusus.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
loyalitas pemilik kepentingan sangat tergantung pada kepuasan yang
mereka peroleh.. Oleh karena loyalitas dapat mendorong deferensiasi,
maka loyalitas pemilik kepentingan akan menjadi hambatan bagi para
pesaing.” Ingat bahwa diferensiasi merupakan bagian dari strategi
generik untuk memenangkan persaingan .
Selain etika dan perilaku, yang tidak kalah penting dalam bisnis adalah norma etika. Ada tiga tingkatan norma etika, yaitu:
(1) Hukum, berlaku bagi masyarakat
secara umum yang mengatur perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan. Hukum hanya mengatur standar perilaku minimum.
(2) Kebijakan dan prosedur organisasi,
memberi arahan khusus bagi setiap orang dalam organisasi dalam
mengambil keputusan sehari-hari. Parakaryawan akan bekerja sesuai dengan
kebijakan dan prosedur perusahaan/organisasi.
(3) Moral sikap mental individual,
sangat penting untuk menghadapi suatu keputusan yang tidak diatur oleh
aturan formal. Nilai moral dan sikap mental individual biasanya berasal
dari keluarga, agama, dan sekolah. Sebagaiman lain yang menentukan etika
perilaku adalah pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Kebijakan dan
aturan perusahaan sangat penting terutama untuk membantu, mengurangi,
dan mempertinggi pemahaman tentang etika perilaku.
Siapakah pihak yang bertanggung jawab
terhadap moral etika dalam perusahaan? Pihak yang bertanggung jawab
terhadap moral etika adalah manajer. Oleh karena itu, ada tiga tipe
manajer dilihat dari sudut etikanya, yaitu:
(1) Manajemen Tidak bermoral.
Manajemen tidak bermoral didorong oleh kepentingan dirinya sendiri, demi
keuntungan sendiri atau perusahaan. Kekuatan yang menggerakkan
manajemen immoral adalah kerakusan/ketamakan, yaitu berupa prestasi
organisasi atau keberhasilan personal. Manajemen tidak bermoral
merupakan kutub yang berlawanan dengan manajemen etika. Misalnya,
pengusaha yang menggaji karyawannya dengan gaji di bawah upah minimum
atau perusahaan yang meniru produk-produk perusahaan lain, atau
perusahaan percetakan yang memperbanyak cetakannya melebihi kesepakatan
dengan pemegang hak cipta, dan sebagainya (Thomas W. Zimmerer, Norman M.
Scarborough,Entrepreneurship and The New Ventura Formation, 1996, hal. 21).
(2) Manajemen Amoral. Tujuan utama
dari manajemen amoral adalah laba, akan tetapi tindakannya berbeda
dengan manajemen immoral. Ada satu cara kunci yang membedakannya, yaitu
mereka tidak dengan sengaja melanggar hukum atau norma etika. Yang
terjadi pada manajemen amoral adalah bebas kendali dalam mengambil
keputusan, artinya mereka tidak mempertimbangkan etika dalam mengambil
keputusan. Salah satu conoth dari manajemen amoral adalah penggunaan uji
kejujuran detektor bagi calon karyawan.
(3) Manajemen Bermoral. Manajemen
bermoral juga bertujuan untuk meraih keberhasilan, tetapi dengan
menggunakan aspek legal dan prinsip-prinsip etika. Filosofi manajer
bermoral selalu melihat hukum sebagai standar minimum untuk beretika
dalam perilaku.
Menurut pendapat Michael Josephson, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku, yaitu:
(1) Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan,
bersifat jujur, sungguh-sungguh, terus-terang, tidak curang, tidak
mencuri, tidak menggelapkan, tidak berbohong.
(2) Integritas, yaitu memegang prinsip,
melakukan kegiatan yang terhormat, tulus hati, berani dan penuh
pendirian/keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat, dan dapat
dipercaya.
(3) Memeliharan janji, yaitu selalu menaati
janji, patut dipercaya, penuh komitmen, patuh, tidak menginterpretasikan
persetujuan dalam bentuk teknikal atau legalitas dengan dalih
ketidakrelaan.
(4) Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada
keluarga, teman, karyawan, dan negara, tidak menggunakan atau
memperlihatkan informasi rahasia, begitu juga dalam suatu konteks
profesional, menjaga/melindungi kemampuan untuk membuat keputusan
profesional yang bebas dan teliti, dan menghindari hal yang tidak pantas
serta konflik kepentingan.
(5) Kewajaran/keadilan, yaitu berlaku adil
dan berbudi luhur, bersedia mengakui kesalahan, memperlihatkan komitmen
keadilan, persamaan perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaa,
serta tidak bertindak melampaui batas atau mengambil keuntungan yang
tidak pantas dari kesalahan atau kemalangan orang lain.
(6) Suka membantu orang lain, yaitu saling
membantu, berbaik hati, belas kasihan, tolong menolong, kebersamaan, dan
menghindari segala sesuatu yang membahayakan orang lain.
(7) Hormat kepada orang lain, yaitu
menghormati martabat orang lain, kebebasan dan hak menentukan nasib
sendiri bagi semua orang, bersopan santun, tidak merendahkan dan
mempermalukan martabat orang lain.
(8) Warga negara yang bertanggung jawab,
yaitu selalu mentaati hukum/aturan, penuh kesadaran sosial, dan
menghormati proses demokrasi dalam mengambil keputusan.
(9) Mengejar keunggulan, yaitu mengejar
keunggulan dalam segala hal, baik dalam pertemuan pesonal maupun
pertanggungjawaban profesional, tekun, dapat dipercaya/diandalkan, rajin
penuh komitmen, melakukan semua tugas dengan kemampuan terbaik, dan
mengembangkan serta mempertahankan tingkat kompetensi yang tinggi.
(10) Dapat dipertanggungjawabkan, yaitu
memiliki dan menerima tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya
serta selalu memberi contoh.
Stansar Etika dapat dipertahankan melalui:
(1) Ciptakan kepercayaan perusahaan. Kepercayaan perusahaan dalam menetapkan nilai-nilai perusahaan yang mendasari tanggung jawab etika bagi pemilik kepentingan.
(2) Kembangkan kode etik. Kode
etik merupakan suatu catatan tentang standar tingkah laku dan
prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dari karyawan.
(3) Jalankan kode etik secara adil dan konsisten.
Manajer harus mengambil tindakan apabila mereka melanggar etika. Bila
karyawan mengetahui bahwa yang melanggar etika tidak dihukum, maka kode
etik menjadi tidak berarti apa-apa.
(4) Lindungi hak perorangan.
Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat bergantung pada individu.
Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip morl dan nilainya
merupakan jaminan terbaik untuk menghindari untuk menghindari
penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan etika seseorang harus
memiliki: (a) Komitmen etika, yaitu tekad seseorang untuk bertindak
secara etis dan melakukan sesuatu yang benar; (b) Kesadaran etika, yaitu
kemampuan kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan suara pikiran
moral dan mengembangkan strategi pemecahan masalah secara praktis.
(5) Adakan pelatihan etika. Workshop merupakan alat untuk meningkatkan kesadaran para karyawan.
(6) Lakukan audit etika secara periodik. Audit
merupakan cara terbaik untuk mengevaluasi efektivitas sistem etika.
Hasil evaluasi tersebut akan memberikan suatu sinyal kepada karyawan
bahwa etika bukan sekadar gurauan.
(7) Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku, tidak hanya aturan.
Tidak ada seorang pun yang dapat mengatur norma dan etika. Akan tetapi,
manajer bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat penampilan
yang mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat penting untuk
menekankan betapa pentingnya etika dalam organisasi. Setiap karyawan
harus mengetahui bahwa etika tidak bisa dinegosiasi atau ditawar.
(8) Hindari contoh etika yang tercela setiap saat dan etika diawali dari atasan. Atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.
(9) Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah.Komunikasi
dua arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa
yang kita hasilkan dan menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
(10) Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Para karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana standar etika dipertahankan.
Selain etika, yang tidak kalah pentingnya
adalah pertanggungjawaban sosial perusahaan. Eika sangat berpengaruh
terhadap tingkah laku individual. Tanggung jawab sosial mencoba
menjembatani komitmen individu dan kelompok dalam suatu lingkungan
sosial, seperti pelanggan, perusahaan lain, karyawan, dan investor.
Tanggung jawab sosial menyeimbangkan komitmen-komitmen yang berbeda.
Menurut Zimmerer, ada beberapa macam pertanggungjawaban perusahaan,
yaitu:
(1) Tanggung jawab terhadap lingkungan.
Perusahaan harus ramah lingkungan, artinya perusahaan harus
memerhatikan, melestarikan, dan menjaga lingkungan, misalnya tidak
membuang limbah yang mencemari lingkungan, berusaha mendaur ulang limbah
yang merusak lingkungan, dan menjalin komunikasi dengan kelompok
masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya.
(2) Tanggung jawab terhadap karyawan. Semua
aktivitas manajemen sumber daya manusia seperti peneriman karyawan baru,
pengupahan, pelatihan, promosi, dan kompensasi merupakan tanggung
jawaab perusahaan terhadap karyawan. Tanggung jawab perusahaan terhadap
karyawan dapat dilakukan dengan cara:
(a) Mendengarkan dan menghormati pendapat karyawan.
(b) Meminta input kepada karyawan.
(c) Memberikan umpan balik positif maupun negatif.
(d) Selalu menekankan tentang kepercayaan kepada karyawan.
(e) Membiarkan karyawan mengetahui apa yang sebenarnya mereka harapkan.
(f) Memberikan imbalan kepada karyawan yang bekerja dengan baik.
(g) Memberi kepercayaan kepada karyawan.
(3) Tanggung jawab terhadap pelanggan.
Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pelanggan menurut Ronald J.
Ebert (2000:88) ada dua kategori, yaitu (1) Menyediakan barang dan jasa
yang berkualitas; dan (2) Memberikan harga produk dan jasa yang adil dan
wajar. Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk melindungi
hak-hak pelanggan. Menurutnya, ada empat hak pelanggan, yaitu:
(a) Hak mendapatkan produk yang aman.
(b) Hak mendapatkan informasi segala aspek produk.
(c) Hak untuk didengar.
(d) Hak memilih apa yang akan dibeli.
Sedangkan menurut Zimmerer (1996), hak-hak pelanggan yang harus dilindungi meliputi:
(a) Hak keamanan. Barang dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan harus berkualitas dan memberikan rasa aman,
demikian juga kemasannya.
(b) Hak mengetahui. Konsumen berhak untuk
mengetahui barang dan jasa yang mereka beli, termasuk perusahaan yang
menghasilkan barang tersebut.
(c) Hak untuk didengar. Komunikasi dua arah
harus dibentuk, yaitu untuk menyalurkan keluhan produk dan jasa dari
konsumen dan untuk menyampaikan berbagai informasi barang dan jasa dari
perusahaan.
(d) Hak atas pendidikan. Pelanggan berhak
atas pendidikan, misalnya pendidikan tentang bagaimana menggunakan dan
memelihara produk. Perusahaan harus menyediakan program pendidikan agar
pelanggan memperoleh informasi barang dan jasa yang akan dibelinya.
(e) Hak untuk memilih. Hal terpenting dalam
persaingan adalah memberikan hak untuk memilih barang dan jasa yang
mereka perlukan. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tidak
mengganggu persaingan dan mengabaikan undang-undang antimonopoli (antitrust).
(4) Tanggung jawab terhadap investor.
Tanggung jawab perusahaan terhadap investor adalah menyediakan
pengembalian investasi yang menarik, seperti memaksimumkan laba. Selain
itu, perusahaan juga bertanggung jawab untuk melaporkan kinerja keuangan
kepada investor seakurat mungkin.
Tanggung jawab terhadap masyarakat.
Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya,
misalnya menyediakan pekerjaan dan menciptakan kesehatan serta
kontribusi terhadap masyarakat yang berada di sekitar lokasi perusahaan
tersebut berada
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar